Lompat ke isi

Perumpamaan orang kuat

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Rumah Orang Tergantung, Cézanne, 1873.

Perumpamaan orang kuat (juga dikenal sebagai perumpamaan pencuri dan perumpamaan orang berkuasa) adalah sebuah perumpamaan yang dikatakan oleh Yesus dalam Perjanjian Baru, yang ditemukan dalam Matius 12:29, Markus 3:27, dan Lukas 11:21–22.

Catatan Alkitab

[sunting | sunting sumber]

Injil Matius

[sunting | sunting sumber]

Matius 12:22-37: Yesus dan Beelzebul

12:22 Kemudian dibawalah kepada Yesus seorang yang kerasukan setan. Orang itu buta dan bisu, lalu Yesus menyembuhkannya, sehingga si bisu itu berkata-kata dan melihat. 12:23 Maka takjublah sekalian orang banyak itu, katanya: "Ia ini agaknya Anak Daud."
12:24 Tetapi ketika orang Farisi mendengarnya, mereka berkata: "Dengan Beelzebul, penghulu setan, Ia mengusir setan."
12:25 Tetapi Yesus mengetahui pikiran mereka lalu berkata kepada mereka:
'""Setiap kerajaan yang terpecah-pecah pasti binasa dan setiap kota atau rumah tangga yang terpecah-pecah tidak dapat bertahan. 12:26 Demikianlah juga kalau Iblis mengusir Iblis, iapun terbagi-bagi dan melawan dirinya sendiri; bagaimanakah kerajaannya dapat bertahan? 12:27 Jadi jika Aku mengusir setan dengan kuasa Beelzebul, dengan kuasa siapakah pengikut-pengikutmu mengusirnya? Sebab itu merekalah yang akan menjadi hakimmu. 12:28 Tetapi jika Aku mengusir setan dengan kuasa Roh Allah, maka sesungguhnya Kerajaan Allah sudah datang kepadamu.[1]

Atau bagaimanakah orang dapat memasuki rumah seorang yang kuat dan merampas harta bendanya apabila tidak diikatnya dahulu orang kuat itu? Sesudah diikatnya barulah dapat ia merampok rumah itu.

— Matius 12:29[2]
12:30 Siapa tidak bersama Aku, ia melawan Aku dan siapa tidak mengumpulkan bersama Aku, ia mencerai-beraikan.[3]
12:31 Sebab itu Aku berkata kepadamu: Segala dosa dan hujat manusia akan diampuni, tetapi hujat terhadap Roh Kudus tidak akan diampuni. 12:32 Apabila seorang mengucapkan sesuatu menentang Anak Manusia, ia akan diampuni, tetapi jika ia menentang Roh Kudus, ia tidak akan diampuni, di dunia ini tidak, dan di dunia yang akan datangpun tidak.[4]
12:33 Jikalau suatu pohon kamu katakan baik, maka baik pula buahnya; jikalau suatu pohon kamu katakan tidak baik, maka tidak baik pula buahnya. Sebab dari buahnya pohon itu dikenal. 12:34 Hai kamu keturunan ular beludak, bagaimanakah kamu dapat mengucapkan hal-hal yang baik, sedangkan kamu sendiri jahat? Karena yang diucapkan mulut meluap dari hati. 12:35 Orang yang baik mengeluarkan hal-hal yang baik dari perbendaharaannya yang baik dan orang yang jahat mengeluarkan hal-hal yang jahat dari perbendaharaannya yang jahat.
12:36 Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap kata sia-sia yang diucapkan orang harus dipertanggungjawabkannya pada hari penghakiman. 12:37 Karena menurut ucapanmu engkau akan dibenarkan, dan menurut ucapanmu pula engkau akan dihukum."[5]

Injil Markus

[sunting | sunting sumber]

Markus 3:20-30: Yesus dan Beelzebul

3:20 Kemudian Yesus masuk ke sebuah rumah. Maka datanglah orang banyak berkerumun pula, sehingga makanpun mereka tidak dapat. 3:21 Waktu kaum keluarga-Nya mendengar hal itu, mereka datang hendak mengambil Dia, sebab kata mereka Ia tidak waras lagi.[6]
3:22 Dan ahli-ahli Taurat yang datang dari Yerusalem berkata: "Ia kerasukan Beelzebul," dan: "Dengan penghulu setan Ia mengusir setan."
3:23 Yesus memanggil mereka, lalu berkata kepada mereka dalam perumpamaan:

"Bagaimana Iblis dapat mengusir Iblis? 3:24 Kalau suatu kerajaan terpecah-pecah, kerajaan itu tidak dapat bertahan, 3:25 dan jika suatu rumah tangga terpecah-pecah, rumah tangga itu tidak dapat bertahan. 3:26 Demikianlah juga kalau Iblis berontak melawan dirinya sendiri dan kalau ia terbagi-bagi, ia tidak dapat bertahan, melainkan sudahlah tiba kesudahannya.[7]

Tetapi tidak seorangpun dapat memasuki rumah seorang yang kuat untuk merampas harta bendanya apabila tidak diikatnya dahulu orang kuat itu. Sesudah itu barulah dapat ia merampok rumah itu.

— Markus 3:27[8]
3:28 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya semua dosa dan hujat anak-anak manusia akan diampuni, ya, semua hujat yang mereka ucapkan. 3:29 Tetapi apabila seorang menghujat Roh Kudus, ia tidak mendapat ampun selama-lamanya, melainkan bersalah karena berbuat dosa kekal."
3:30 Ia berkata demikian karena mereka katakan bahwa Ia kerasukan roh jahat.[9]

Injil Lukas

[sunting | sunting sumber]

Lukas 11:14-23: Yesus dan Beelzebul

11:14 Pada suatu kali Yesus mengusir dari seorang suatu setan yang membisukan. Ketika setan itu keluar, orang bisu itu dapat berkata-kata. Maka heranlah orang banyak.
11:15 Tetapi ada di antara mereka yang berkata: "Ia mengusir setan dengan kuasa Beelzebul, penghulu setan." 11:16 Ada pula yang meminta suatu tanda dari sorga kepada-Nya, untuk mencobai Dia.
11:17 Tetapi Yesus mengetahui pikiran mereka lalu berkata:
"Setiap kerajaan yang terpecah-pecah pasti binasa, dan setiap rumah tangga yang terpecah-pecah, pasti runtuh.11:18 Jikalau Iblis itu juga terbagi-bagi dan melawan dirinya sendiri, bagaimanakah kerajaannya dapat bertahan? Sebab kamu berkata, bahwa Aku mengusir setan dengan kuasa Beelzebul.11:19 Jadi jika Aku mengusir setan dengan kuasa Beelzebul, dengan kuasa apakah pengikut-pengikutmu mengusirnya? Sebab itu merekalah yang akan menjadi hakimmu.11:20 Tetapi jika Aku mengusir setan dengan kuasa Allah, maka sesungguhnya Kerajaan Allah sudah datang kepadamu."[10]

11:21 "Apabila seorang yang kuat dan yang lengkap bersenjata menjaga rumahnya sendiri, maka amanlah segala miliknya.11:22 Tetapi jika seorang yang lebih kuat dari padanya menyerang dan mengalahkannya, maka orang itu akan merampas perlengkapan senjata, yang diandalkannya, dan akan membagi-bagikan rampasannya."

— Lukas 11:21-22[11]
11:23 "Siapa tidak bersama Aku, ia melawan Aku dan siapa tidak mengumpulkan bersama Aku, ia mencerai-beraikan."[12]

Penafsiran

[sunting | sunting sumber]

Dalam injil-injil kanonikal Matius, Markus, dan Lukas, perumpamaan tersebut membentuk bagian dari kontroversi Beelzebul, dimana lawan-lawan Yesus menuduhnya meraih kekuasaannya untuk mengeluarkan setan-setan dengan bersekutu dengan Setan. Ditafsirkan dalam konteks ini, orang kuat mewakili Setan dan penyerang mewakili Yesus. Yesus kemudian berkata bahwa ia tak ingin menunjukkan eksorsisme (diwakili oleh pencurian hak milik orang kuat) ketimbang ia berlawanan – dan mengalahkan – Setaln (diwakili oleh orang kuat).[13][14][15] Craig S. Keener berpendapat bahwa perumpamaan tersebut berkaitan dengan kebijaksanaan umum yang "bbukannya rampasan orang kuat,"[16] sementara R. T. France dan yang lainnya memandang perumpamaan tersebut berkaitan dengan Kitab Yesaya:[17][18]

Dapatkah direbut kembali jarahan dari pahlawan,
atau dapatkah lolos tawanan orang gagah?

Sungguh, beginilah firman TUHAN:
"Tawanan pahlawanpun dapat direbut kembali,
dan jarahan orang gagah dapat lolos,
sebab Aku sendiri akan melawan orang yang melawan engkau
dan Aku sendiri akan menyelamatkan anak-anakmu. (Yesaya 49:24–25)

Ini menandakan bahwa "Beelzebul" artinya "rumah Ba'al," dan bahwa citra rumah orang kuat aslinya merupakan permainan kata pada hal ini.[18]

Dalam Injil Tomas non-kanonikal, yang tak memiliki konteks kontroversi Beelzebul, perumpamaan tersebut telah ditafisrkan sebagai menandakan bahwa "strategi yang tampak hati-hati dan terencana" diperlukan dalam rangka mencapai tujuan.[19]

Lihat pula

[sunting | sunting sumber]
Perumpamaan orang kuat
Didahului oleh:
Yesus dan Beelzebul
Injil Matius
pasal 12
Diteruskan oleh:
Yesus dan Beelzebul
Injil Markus
pasal 3
Injil Lukas
pasal 11

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ Matius 12:22–28
  2. ^ Matius 12:29
  3. ^ Matius 12:30
  4. ^ Matius 12:31–32
  5. ^ Matius 12:33–37
  6. ^ Markus 3:20–21
  7. ^ Markus 3:23–26
  8. ^ Markus 3:27
  9. ^ Markus 3:28–30
  10. ^ Lukas 11:14–20
  11. ^ Lukas 11:21–22
  12. ^ Lukas 11:23
  13. ^ Jürgen Becker, trans. James E. Crouch, Jesus of Nazareth, Walter de Gruyter, 1998, p. 184
  14. ^ Duane Frederick Watson, The Intertexture of Apocalyptic Discourse in the New Testament, Brill Academic Publishers, 2003, p. 26
  15. ^ William Telford, The Theology of the Gospel of Mark, Cambridge University Press, 1999, ISBN 0-521-43977-9, p. 62
  16. ^ Craig S. Keener, A Commentary on the Gospel of Matthew, Wm. B. Eerdmans Publishing, 1999, ISBN 0-8028-3821-9, p. 364
  17. ^ R. T. France, The Gospel of Matthew, Wm. B. Eerdmans Publishing, 2007, ISBN 0-8028-2501-X, p. 481
  18. ^ a b James R. Edwards, The Gospel according to Mark, Wm. B. Eerdmans Publishing, 2001, p. 121
  19. ^ Richard Valantasis, The Gospel of Thomas, Routledge (UK), 1997, p. 111